Pages

Saturday 26 October 2013

Beras Analog

Selamat siang semuanya.................pada hari ini saya akan berbagi berita mengenai beras analog. nah mungkin beras yang satu  ini masih sangat asing bagi  kita semua sebab yang selama ini kita tahu beras tu adanya  cuma beras putih, beras merah, beras hitam dan beras ketan loh sekarang kok ada beras analog, apalagi yang kita tahu  low berbicara mengenai analog pendeskripsian kita pasti akan menuju ke hal-hal yang berbau teknologi nah low di tambah beras yang analog sekarang gimana nih............................
pertanyaan seperti itu juga muncul dalam pikiran saya saat mendengar berita ini namun ternyata beras analog merupakan beras yang diolah dan berbahan baku seperti singkong, tepung sagu, jagung, umbi-umbian dan sebagainya dimana sumber karbohidrat maupun gizi yang terkandung di dalam beras analog sama dengan beras padi sehingga layak dikonsumsi. beras ini dikembangkan oleh IPB guna membantu menyebar luaskan yang disebut dengan diversi pangan dimana yang kita tau bahwa selama ini masih dikuasai oleh beras dan tepung gandum. namun ada hal yang belum kita ketahui tentang beras dan tepung gandum yang ternyata merupakan jebakan pangan yang menciptakan ketergantungan. selain dari pada itu Menurut doktor kimia pangan dari Universitas Tohoku Jepang ini, sebagai produk diversifikasi pangan, beras analog memiliki keunggulan ditilik dari komposisi bahan baku.

Sorgum dipilih karena indeks glikemiknya rendah. Indeks glikemik adalah dampak makanan terhadap kadar gula darah. Makanan dengan indeks glikemik rendah lambat meningkatkan kadar gula dalam darah. Dengan demikian, makanan tersebut menyehatkan dan baik bagi penderita diabetes.
Selain itu, kandungan protein beras analog 12 persen. Lebih tinggi dibandingkan beras yang 6-8 persen.
Sorgum bisa ditanam di lahan kritis, seperti daerah kering Nusa Tenggara. Demikian pula jagung.
Kelebihan lain, sekali tanam, sorgum bisa dipanen sampai tiga kali. Batang sorgum bisa diolah menjadi silase untuk pakan ternak.
Bahan baku lain, jagung juga mengandung protein lebih tinggi ketimbang beras. Sagu memang tidak memiliki kandungan protein, tetapi indeks glikemik sagu dan jagung juga rendah. Kandungan serat beras analog cukup tinggi sehingga menunjang perbaikan pencernaan.
Dari sisi ketahanan terhadap lingkungan air payau, tanaman sagu cocok untuk menahan abrasi. Penanaman sagu di pesisir bermanfaat mengurangi dampak kenaikan muka laut akibat pemanasan global.
Dengan demikian, mengonsumsi beras analog, selain memetik manfaat indeks glikemik rendah, juga berkontribusi terhadap perbaikan lingkungan.
Paling tidak, makan beras analog yang berbahan baku sorgum, jagung, dan sagu akan lebih lama merasa kenyang dan mendapat kadar protein yang lebih tinggi dibandingkan beras.
Kadar protein tinggi pada beras analog bisa memperbaiki gizi masyarakat yang kesulitan mengakses sumber protein.

No comments:

 

Blogger news

Blogroll

About