Siwaratri bagi umat hindu di bali merupakan hari suci untuk melaksanakan pemujaan ke hadapan Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa dalam perwujudannya sebagai dewa Siwa. Hari suci yang jatuh pada hari Catur Dasi Krsna paksa bulan Magha (panglong ping 14 sasih Kapitu) memiliki makna khusus bagi umat manusia, karena pada hari tersebut dipercaya dewa Siwa melaksanakan yoga dan bagi siapa yang melaksanakan yoga semadi dengan begadang semalam suntuk dipercaya akan memperoleh penyucian diri ( kepercayaan yang berkembang di masyarakat) hal ini terkait dengan kisah Si Lubdaka. Adapun pelaksanaan hari raya siwaratri dilaksanakan dengan melakukan brata berupa upawasa, monabrata dan jagra. Pelaksanaan brata siwaratri dibedakan menjadi beberapa katagori yang disesuaikan dengan kemampuan dari yang melaksanakan brata itu sendiri seperti:
- Utama, melaksanakan:
- Monabrata (berdiam diri dan tidak berbicara).
- Upawasa (tidak makan dan tidak minum).
- Jagra (berjaga, tidak tidur).
- Madhya, melaksanakan:
- Upawasa.
- Jagra.
- Nista, hanya melaksanakan:Jagra.
jadi bagi umat hindu yang ingin melaksanakan brata pada hari siwaratri ini tidak usah kawatir sebab brata yang dilakukan bisa disesuaikan dengan kemampuan kita masing-masing, toh juga segala sesuatu yang dilakukan dengan pemaksaan juga hasilnya tidak akan baikkan. adapun runtutan acara yang dilaksanakan dalam upacara siwaratri ini adalah sebagai berikut:
(Upacara dimulai pada hari menjelang malam)
- Maprayascita sebagai pembersihan pikiran dan batin.
- Ngaturang banten pajati di Sanggar Surya disertai persembahyangan ke hadapan Sang Hyang Surya, mohon kesaksian- Nya.
- Sembahyang ke hadapan leluhur yang telah sidha dewata mohon bantuan dan tuntunannya.
- Ngaturang banten pajati ke hadapan Sang Hyang Siwa. Banten ditempatkan pada Sanggar Tutuan atau Palinggih Padma atau dapat pula pada Piasan di Pamerajan atau Sanggah. Kalau semuanya tidak ada, dapat pula diletakkan pada suatu tempat di halaman terbuka yang dipandang wajar serta diikuti sembahyang yang ditujukan kepada:- Sang Hyang Siwa.- Dewa Samodaya.Setelah sembahyang dilanjutkan dengan nunas tirta pakuluh. Terakhir adalah masegeh di bawah di hadapan Sanggar Surya. Rangkaian upacara Siwarâtri, ditutup dengan melaksanakan dana punia.
- Sementara proses itu berlangsung agar tetap mentaati upowasa dan jagra.Upawasa berlangsung dan pagi hari pada panglong ping 14 sasih Kapitu sampai dengan besok paginya (24 jam).Setelah itu sampai malam (12 jam) sudah bisa makan nasi putih berisi garam dan minum air putih.Jagra yang dimulai sejak panglong ping 14 berakhir besok harinya jam 18.00 (36 jam).
- Persembahyangan seperti tersebut dalam nomor 4 di atas, dilakukan tiga kali, yaitu pada hari menjelang malam panglong ping 14 sasih Kapitu, pada tengah malam dan besoknya menjelang pagi.
ada beberpa kutipan terkait perayaan hari raya siwaratri yang ingin saya bagikan yang saya harap bisa disikapi dengan baik oleh semuanya:
”Setelah seseorang mampu melaksanakan Brata sebagai yang telah Aku ajarkan, kalahlah pahala dari semua upacara Yajña, melakukan tapa dan dana punya demikian pula menyucikan diri ke tempat-tempat suci, pada awal penjelmaan, walaupun seribu bahkan sejuta kali menikmati Pataka (pahala dosa dan papa), tetapi dengan pahala Brata Sivaratri ini, semua Pataka itu lenyap”.
”Walaupun benar-benar sangat jahat, melakukan perbuatan kotor, menyakiti kebaikan hati orang lain, membunuh pandita (orang suci) juga membunuh orang yang tidak bersalah, congkak dan tidak hormat kepada guru, membunuh bayi dalam kandungan, seluruh kepapaan itu akan lenyap dengan melakukan Brata Sivaratri yang utama, demikianlah keutamaan dan ketinggian Brata (Sivaratri) yang Aku sabdakan ini” (Sivaratri kalpa, 37, 7-8)*
saya harap informasi yang saya bagikan ini bermanfaat dan marilah kita isi hari yang baik ini dengan hal-hal yang positif, kita isi dengan brata siwaratri sesuai kemampuan, introspeksi diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik kedepannya serta menyikapi segala hal dengan dengan baik .
No comments:
Post a Comment